Dahono Fitrianto | Nasru Alam Aziz | Selasa, 9 Agustus 2011 | 23:27 WIB
PARIS, KOMPAS.com -- Gempa bumi berkekuatan 9,0 Skala Richter, yang memicu tsunami monster yang menerjang pantai timur laut Jepang, 11 Maret lalu, ternyata juga menimbulkan gelombang laut yang merambat hingga Antartika, yang berjarak 13.000 kilometer. Gelombang tersebut kemudian menghantam lempengan es di benua kutub tersebut dan memecahnya menjadi kepingan-kepingan gunung es raksasa.
Demikian diungkapkan Badan Luar Angkasa Eropa (European Space Agency/ESA), Selasa (9/8/2011). Salah satu satelit pemantau permukaan Bumi milik ESA, Envisat, melihat gunung-gunung es tersebut terpecah dari lempengan es Sulzberger di Antartika pada 12 Maret, atau sehari setelah gempa dan tsunami meluluhlantakkan kota-kota di Jepang timur laut.
Empat hari kemudian, kepingan-kepingan gunung es itu terlihat mengapung di Laut Ross, laut di bagian Antartika yang terletak di sebelah selatan Selandia Baru.
Gunung es terbesar berukuran 9,5 x 6,5 kilometer persegi, atau sedikit lebih besar dari kawasan Manhattan di New York, AS. Ketebalan gunung es itu diperkirakan mencapai 80 meter.
Tsunami yang melanda pantai timur laut Jepang dilaporkan mencapai tinggi 23 meter. Sementara analisis citra radar dari satelit Envisat yang dilakukan oleh para pakar dari AS menunjukkan, gelombang tsunami ini menjadi tinggal setinggi 30 sentimeter saat mencapai pantai Antartika.
Meski demikian, gerakan naik-turun gelombang laut tersebut cukup menimbulkan tegangan pada lempengan es yang kaku, sehingga akhirnya pecah menjadi kepingan-kepingan gunung es.